March 27, 2018

Makalah Peran agama dalam pembinaan mental remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembinaan mental seseorang dimulai sejak ia kecil. Semua pengalaman yang dilalui baik yang disadari atau tidak, ikut mempengaruhi dan menjadi unsur-unsur yang bergabung dalam kepribadian seseorang. Diantara unsur-unsur terpenting tersebut yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari ialah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial. Apabila dalam pengalaman waktu kecil itu banyak didapat nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik.
Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan relatif mudah goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman adalah nilai-nilai agama, sedang nilai-nilai sosial dan moral yang didasarkan pada selain agama akan sering mengalami perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah maka mental (kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang mungkin berubah dan goyah itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa apabila tidak diimbangi dengan nilai keagamaan.

B.    Rumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana arti dan hakikat pembinaan mental?
2.    Bagaimana peran agama dalam pembentukan akhlak remaja?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui arti dan hakikat pembinaan mental
2.    Mengetahui peran agama dalam pembentukan akhlak remaja


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Arti dan Hakikat Pembinaan Mental
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke dan akhiran an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.
Para ahli dalam bidang perawatan jiwa, dalam masalah mental telah membagi manusia kepada 2 (dua) golongan besar, yaitu 1. golongan yang sehat mentalnya dan   2. golongan yang tidak sehat mentalnya.
1.    Golongan yang sehat mentalnya
Manusia yang memiliki mental yang sehat adalah yang memiliki sifat-sifat yang khas antara lain: mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian dan memiliki batin yang tenang. Kesehatan mental tidak hanya terhindarnya diri dari gangguan batin saja, tetapi juga posisi pribadinya seimbang dan baik, selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan  diri sepenuhnya kepada Tuhan).
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan  selaras dengan keadaan orang lain.
Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
2.    Golongan yang kurang sehat mentalnya
Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya. Gejala-gejala umum yang kurang sehat mentalnya, yakni dapat dilihat dalam beberapa segi, antara lain:
a.    Perasaan
Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah karena kurang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
b.    Pikiran
Orang yang kurang sehat mentalnya akan mempengaruhi pikirannya, sehingga ia merasa kurang mampu melanjutkan sesutu yang telah direncanakan  sebelumnya, seperti tidak dapat berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu pekerjan, pemalas, pelupa, apatis dan sebgainya.
c.    Kelakuan
Pada umumnya orang yang kurang sehat mentalnya akan tampak pada kelakuan-kelakuannya yang tidak baik, seperti keras kepala, suka berdusta, mencuri, menyeleweng, menyiksa orang lain, dan segala yang bersifat negatif.
Dari penjelasan tersebut di atas, maka dalam hal ini tentunya pembinaan yang dimaksud adalah pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Pembinaan mental secara efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Pembinaan yang dilakukan meliputi pembinaan moral, pembentukan sikap dan mental yang pada umumnya dilakukan sejak anak masih kecil. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Agar anak mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji, semuanya dapat diusahakan melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya dan akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
Pembinaan mental/jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih diutamakan daripada pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.
Dengan demikian, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui bimbingan mental/ jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.
B.    Peran Agama Dalam Pembentukan Akhlak Remaja
Masa remaja ialah suatu periode perkembangan yang harus ditempuh oleh anak dalam tahap perkembangannya, dalam mencapai tingkat kedewasaan. Masa di mana seorang anak masih membutuhkan perhatian yang sangat tinggi baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya. Akan halnya remaja dalam mendaki usia belasan tahun, dan yang paling terpopuler disebut dengan masa pubertas. Di mana pada masa ini keadaan atau kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini juga disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil. Pada masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik dari pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama sekali.
Ketika perhatian yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka di sanalah timbul sebuah masalah besar pada diri remaja, sehingga remaja mencari kepuasan-kepuasan tersendiri untuk mengatasi segala konflik bathin yang dialaminya. Karena sifat itulah para remaja banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya membawa para remaja ke lembah kemaksiatan seperti minum keras, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Di sinilah kita harus mengerti mengapa kasus-kasus seperti ini terjadi remaja
Di antaranya adalah remaja megalami kelabilan kondisi psikologis, kurangnya kontrol pihak keluarga, terutama ayah dan ibu, over protektif (penjagaan yang berlebih-lebihan) dari pihak keluarga, lingkungan pergaulan remaja yang berorientasi pada kejahatan, budaya yang berkembang saat ini yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja, lingkungan sekolah yang menerapkan unsur over protektif dan kondisi ekonomi global yang membawa pada penyimpangan pada para remaja.
Bagi remaja harus mengetahui bahwa dunia ini bagaikan ular, lembut dalam genggaman namun bisanya mematikan. Dan orang yang berhadapan dengan dunia, sama dengan meminum air laut, tambah diminum tambah terasa kehausannya. Oleh karena itu, para remaja jangan terbuai dengan rayuan dunia yang bersifat fana. Bisa dilihat dalam masalah yang berhubungan dengan percintaan, merupakan masalah yang sangat rumit bagi remaja saat ini. bila cinta berjalan dengan lancar, remaja sangat merasa bahagia. Tetapi mereka menjadi sedih bilamana urusan percintaannya kurang lancar, itu akan menjadi masalah besar, bahkan bisa mengkhawatirkan akan masa depan mereka.
Kebutuhan-kebutuhan remaja pada tahap ini antara lain, kebutuhan beragama, kebutuhan fisik (kesehatan), kebutuhan sosial (hubungannya dengan lingkungan sekitar), kebutuhan untuk mendapatkan status (eksis dalam masyarakat), kebutuhan mandiri (terlepas dari batasan-batasan semua pihak), kebutuhan berprestasi (mendapatkan penghargaan), kebutuhan ingin disayangi dan dicintai, kebutuhan untuk curhat (adanya orang-orang yang bisa menerima ide-ide dan mendengarkan masalah-masalahnya), kebutuhan memiliki falsafah hidup (tahu dengan tujuan hidup dan bisa memperoleh kebahagiaan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan), kebutuhan berteman (memiliki banyak teman). Karena bagi remaja popularitas itu ditandai dengan teman yang banyak. Kemudian kebutuhan mendapatkan pendidikan dan terakhir kebutuhan berkreasi (menjadi creator).
Remaja kadang-kadang memiliki keyakinan kepada Tuhan, sangat kuat sekali, kadang-kadang juga lemah yang bisa kita lihat dalam hal ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Ini merupkan ketergantungan pada perubahan emosi yang dialami remaja, sehingga suatu saat ia sangat butuh dengan Tuhan ketika mereka menghadapi masalah atau merasa berdosa, tapi kurang membutuhkan Tuhan ketika merasa senang dan gembira. Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah dengan caranya sendiri, biasanya mereka akhirnya mencari penyelesaian masalah yang tidak hanya sesuai dengan harapan sebelumnya. Sehingga kadangkala mereka menemukan atau memilih jalan yang tragis yang dapat menimbulkan kegagalan ataupun penyimpangan pada masa perkembangannya.
Walaupun banyak kerusakan-kerusakan pada remaja saat ini yang disebabkan perkembangan zaman atau budaya yang tidak sesuai dengan tahap remaja, para remaja tetap harus bisa mengembangkan dirinya untuk belajar dan berorientasi pada pembekalan diri untuk kehidupannya. Makanya para remaja sangat membutuhkan beberapa hal. Di antaranya, kehadiran agama dalam hidupnya, sikap percaya diri, optimisme (yakin) bukan pesimisme (mudah putus asa), berjiwa besar atau lapang dada, kewaspadaan terhadap gejala-gejala yang timbul sebagai pengaruh yang tidak baik, adanya sikap ketergantungan kepada orang lain, adanya sikap sabar ketika datangnya suatu ujian, yang menyebabkan timbulnya masalah, memiliki jiwa sosial (zoon politikon).
Pembinaan melalui agama ini, intinya pembinaan yang mengarah pada nilai-nilai positif dan kekuatan pengembangan potensi para penganutnya, terutama dalam kehidupan remaja yang pada esensinya tidak terlepas dari pengaruh budaya yang telah tersebar dengan begitu kuat di negara kita. Jadi agama akan menjadi solusi dari pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan falsafah negara kita. Dengan kata lain pengaruh yang menyimpang yang membawa para remaja terpuruk kepada hal-hal yang berbau negatif Karena itu kebudayaan yang melejit di kalangan remaja harus diwarnai nilai-nilai dan norma-norma agama.
Kurangnya pengetahuan dan kaburnya pandangan remaja tentang agama, maka dari itu harus adanya penanaman kedalam jiwa remaja akan nilai-nilai agama untuk berakhlak yang terpuji. Dalam pembinaan mental dan spiritual serta akhlak para remaja, harus kita kembalikan pada agama yang menjadi fitrah manusia yang dibawa sejak lahir dan mesti kita kembangkan ke arah positif dengan ilmu pengetahuan yang didapat, khususnya kepada para remaja. Jadi, harus ada pembinaan terhadap remaja akan nilai-nilai agama, sehingga bisa mengatasi prilaku-prilaku yang mengarah kepada yang negatif.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.
2.    Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencapaikebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai pedoman hidup, maka dalam semua kegiatan kehidupan manusia harusmerujuk kepada nilai-nilai agama

B.    Saran
Setiap agama mengharapkan para penganutnya mengerti dengan benar tentang pribadi, paham dengan diri dan paham dengan ajaran agamanya sendiri, dan para remaja harus mempunyai pikiran yang benar atas arti pentingnya sebuah kehidupan. Berbuat yang benar dengan tidak adanya penyimpangan-penyimpangan baik sosial, kultural, maupun seksual dan mempunyai kesadaran dan bekerja dengan rasa penuh tenggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.
Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
http://www.masbied.com/2009/12/24/pengertian-pembinaan-mental/

0 comments

Post a Comment